Perubahan Iklim dan Gender

Posted by F.SP.LEM - K.SPSI KAB.TANGERANG

Ditulis Oleh Desmiwati*
Sunday, 06 July 2008

Di kehidupan keseharian, perempuan memiliki peran yang lebih besar ketimbang kaum laki-laki, dimana di satu sisi mereka ditempatkan pada posisi domestik, pada sisi yang lain mereka memegang peranan sosial-ekonomi dan memiliki pengaruh terhadap lingkungan dan budaya bahkan politik.
Dalam konteks perubahan iklim yang saat ini banyak dibahas dan sedang menjadi sorotan, perempuan memiliki beban yang jauh lebih besar dan sayangnya itu tidak menjadi suatu pokok bahasan utama dalam pembicaraan atau perdebatan tentang perubahan iklim global.


Beban perempuan sebagai akibat dari perubahan iklim terjadi karena beberapa faktor yang selama ini merupakan sesuatu hal yang dijadikan tanggung jawab kaum ibu di dunia, yaitu bagaimana mengelola ekonomi dalam rumah tangga, mengatur tersedianya kebutuhan semua anggota keluarga. Hilangnya pendapatan dari pertanian dan bertambahnya biaya pengelolaan sumber air, pesisir, dan penyakit serta risiko-risiko kesehatan akan menyeret aktivitas ekonomi, khususnya di negara-negara yang saat ini memiliki pertumbuhan stagnan. Ini menjadikan beban perempuan (kaum ibu) menjadi berat. Lebih jauh lagi, bahkan dengan ekonomi regional yang bertumbuh, dampak lokal perubahan iklim seperti kolapsnya perikanan atau terbenamnya lahan pertanian, dapat memporak-porandakan ekonomi lokal (Preston et al 2006).

United Nation Food and Agriculture Organisation (FAO) memperkirakan bahwa perubahan iklim akan berakibat pada menghilangnya produksi sereal sebesar 280 juta ton di 65 negara selatan. Berdasarkan riset CANA (CANA 2006) di negara -negara Selatan, perubahan iklim akan mengurangi produksi pertanian yang sangat tergantung pada hujan sebesar 11% di tahun 2080. Sebagian besar pemegang peranan dalam ekonomi rumah tangga adalah kaum ibu. Bisa dibayangkan bagaimana dampak yang harus ditanggung oleh kaum perempuan di pesisir dan pedesaan, sebagai akibat dari menurunnya pendapatan kaum tani dan nelayan karena perubahan iklim global.

Perubahan iklim memiliki kecenderungan sangat tinggi untuk merubah ketersediaan sumber air yang didorong oleh menurunnya curah hujan dan limpasan air di Asia Selatan dan Asia Tenggara serta meningkatnya limpasan di daerah lainnya, terutama di Pulau-pulau Pasifik dan sekitarnya. Ketersediaan air dan limpasan diperkirakan akan turun hingga 10% sampai 30% pada kawasan dengan ketinggian lintang rendah dan daerah tropika kering (IPCC WGII 2007). Beberapa daerah aliran sungai mungkin akan diuntungkan karena meningkatnya limpasan, namun tekanan karena air akan berdampak pada jutaan orang di seluruh wilayah Asia Pasifik dan biaya untuk menangani persoalan air (banjir dan kekeringan) akan meningkat. Musim penghujan diprediksikan akan berkurang sementara intensitas curah hujan maupun resiko banjir akan semakin meningkat (Preston et al 2006). Peran kaum ibu dalam sektor domestik (rumah tangga) adalah juga menjamin ketersediaan air bersih bagi keperluan rumah tangga, peranan sebagai penjamin pelayanan kesejahteraan dalam rumah tangga dan juga pemberi layanan kesehatan bagi anggota rumah tangga, menjadikan beban dan resiko yang harus ditanggung oleh kaum ibu (perempuan) akan menjadi berlipat-lipat akibat perubahan iklim terkait masalah ketersediaan air maupun kelimpahan air tersebut.

Perempuan di seluruh dunia secara umum memiliki tanggung jawab menyediakan energi rumah tangga, pangan, dan pelayanan kesehatan bagi anggota keluarga sebuah rumah tangga. Perubahan iklim akan berakibat secara tidak proporsional pada kemampuan perempuan untuk memenuhi tanggung jawab domestik, strategi penghidupan, dan kesempatan untuk menghasilkan pendapatan tunai. Perempuan juga merupakan bagian dari masyarakat miskin yang akan dipaksa untuk mencari atau menemukan sumber daya alternatif jika lingkungan rusak akibat perubahan iklim dan menurunkan kemampuan lingkungan untuk pulih dari peristiwa-peristiwa ekstrem (IUCN).

Dengan demikian perubahan iklim memiliki karakteristik gender, dimana: Pertama, perempuan akan terkena dampak berbeda, dan lebih buruk akibat perubahan iklim hal ini sebagai akibat peran sosial, diskriminasi dan kemiskinan. Kedua, perempuan sejauh ini masih tidak terwakili kepentingannya dalam pengambilan-pengambilan keputusan terkait dengan perubahan iklim, emisi gas rumah kaca, dan adaptasi mitigasi. Ketiga, adanya bias gender dalam emisi karbon, pengukuran dampak sebagai akibat dari perubahan iklim dan emisi karbon tidak memikirkan pengaruhnya terhadap kaum perempuan secara khusus.

Perempuan harus diikutsertakan bukan hanya karena memiliki perspektif dan keahlian berbeda yang dapat disumbangkan, tetapi juga karena dampak ganda yang harus ditanggung kaum perempuan akibat buruknya kualitas udara dan lingkungan misalnya bagaimana dampak perubahan iklim dan lingkungan bagi sistem reproduksi kaum perempuan, bagi janin dan juga bagaimana tanggung jawab ekonomi kaum perempuan di dalam keluarga yang semakin berat.

Dengan berbagai kemungkinan dan resiko bencana yang besar sebagaimana di atas, maka semakin besar pula tekanan dan beban yang akan ditanggung oleh kaum perempuan. Oleh sebab itu dalam pembahasan tentang dampak perubahan iklim serta dampak emisi karbon keterlibatan perempuan sebagai kaum yang paling banyak dirugikan (di samping anak-anak), merupakan suatu keharusan. Perempuan sebagai makhluk sosial yang berada di garis depan perjuangan terhadap ketidakadilan ekologi, ketidakadilan iklim dan ketidakadilan pertanggungan beban sosial, ekonomi dan budaya.

Bagaimanapun juga perubahan iklim global sebagai bentuk kegagalan model pembangunan global yang mengacu pada model pembangunan neoliberal tidak bisa menjadikan negara-negara miskin di Selatan menanggung beban atas kesalahan model pembangunan yang eksploitatif tersebut. Terlebih lagi akibat yang harus ditanggung oleh kaum perempuan di selatan menjadi lebih besar karena tidak adanya perlindungan dan perhatian secara khusus kepada mereka.


This entry was posted at 11.52 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar

Daftar Posting F-SP.LEM Kab.Tangerang