Saatnya Buruh Bersatu !!!

Posted by F.SP.LEM - K.SPSI KAB.TANGERANG

Sebuah catatan dari aksi buruh PT. Sinar Apparel Indonesia, 14 Mei 2008)


Langit perburuhan Indonesia tersaput awan sangat tebal, mendung pekat dan gelap! Setidaknya itu gambaran yang terekam dalam wajah-wajah duka kawan-kawan buruh PT. Sinar Apparel Internasional (SAI) ketika melakukan aksi ke POLDA Metro Jaya dan kemudian dilanjutkan aksi ke Kantor Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi. SAI, adalah basis buruh anggota Gabungan Serikat Buruh Mandiri (GSBM) Serikat Buruh Anggota KASBI. SAI, adalah produsen terkemuka produk garment dengan pasaran eksport yang sangat luas.

Tiba-tiba, 7 Mei 2008, pengusaha Korea dengan sangat enteng menyatakan bahwa pabrik tutup karena tidak lagi mampu melanjutkan operasional pabrik. Merugi tentu saja sebagai alasannya. Dan ini adalah episode gelap dari serentetan episode sebelumnya di PT SAI semisal uang iuran kepesertaan jamsostek yang tidak dibayarkan, upah lembur yang dikemplang, upah buruh yang pembayarannya diangsur dan sederet duka nestapa kaum buruh lainnya. Buruh sudah sangat lama bersabar, bukan karena tidak berani melakukan perlawanan, tetapi tentu saja pertimbangannya sangat panjang. Kata banyak orang itu alasan klasik. Bertahan bekerja dalam kondisi yang buruk jauh lebih baik ketimbang berhadapan dengan gambaran gelap bagi buruh yang harus kehilangan pekerjaan. Bayangan yang kedua, bagi buruh, kehilangan pekerjaan sama saja artinya dengan kiamat.

Tetapi, tentu saja, pada saatnya ketika kontradiksi sudah sedemikian hebatnya, bentuk ketertindasan sudah semikian nyata dan upaya-upaya normatif sudah dijalankan namun tetap saja tidak ada perubahan, maka tidak ada pilihan lain bagi buruh kecuali melakukan upaya perlawanan. Perlawanan, mengandung arti bersungguh-sungguh melakukan upaya untuk membela hak-hak yang terampas, merebut ruang-ruang milik kaum buruh yang dikekang paksa oleh kekuasaan modal. Maka, dengan alasan itulah anggota GSBM PT. SAI melakukan aksi ke POLDA untuk (setidaknya) mengadukan berbagai pelanggaran yang dilakukan pengusaha yang telah merampok hak buruh, sebut saja penggelapan iuran jamsostek, upah yang tidak di bayarkan dan upah lembur yang dikemplang. Dalam pikiran kawan-kawan buruh ada satu tekad, bahwa kini saatnya pengusaha juga harus merasakan konsekuensi atas perilakunya yang melanggar ketentuan hukum.

Aksi di POLDA memberikan sebuah pembelajaran, meski tentu saja diselimuti apatisme dan perasaan skeptis kaum buruh terhadap aparat polisi yang selama ini, berulang-ulang selalu lambat bertindak, tidak berpihak pada buruh dan apalagi kalau bukan tuduhan bahwa mereka korup. Aparat kepolisian dianggap selalu memilih membela kaum berduit, pemodal, pengusaha. Contoh kasusnya sudah sangat banyak bahkan ribuan. Tetapi, kawan-kawan buruh setidaknya mengetahui bahwa hari ini tidak ada yang kebal hukum, dan kawan-kawan burhu menjadi paham bahwa seperti itulah perilaku aparat. Sehingga dibutuhkan sebuah kekuatan kolektif penekan yang luar biasa untuk menjadikan aparat kepolisian berjalan dalam “rel” yang semestinya. Dan satu lagi, sebuah perubahan sikap bagi kawan-kawan buruh, bahwa berhadapan dengan polisi adalah hal biasa, tidak perlu ada yang ditakutkan.

Setelah aksi di POLDA, anggota GSBM melakukan konvoi ke Depnakertrans, di Jalan Gatot Subroto. Di tempat inilah, proses pembelajaran bagi kawan-kawan buruh berlanjut dan lebih nyata. Dalam gambaran kaum buruh, inilah simbol kekuasaan yang korup, lambat, tidak berpihak pada buruh dan keyakinan di benak kaum buruh bahwa sejatinya sekarang Institusi Negara ini tugas utamanya bukan untuk melindungi kaum buruh, tetapi melayani pemodal. Terbukti, delegasi yang masuk bernegosiasi hanya dilayani oleh petugas piket saja (!). Inilah penghinaan terhadap kaum buruh, pemilik sah kedaulatan republik ini dan penyumbang pajak sangat besar bagi Negara. “Terbukti, bahwa hari ini kita melihat Departemen tenaga kerja hanya kumpulan birokrasi yang mempertontonkan cara-cara binatang!,” demikian geramnya Nining Elitos, Ketua Umum KASBI dalam orasinya. Kenapa binatang? Dalam bayangan meraka, para petinggi pemerintahan itu, nasib buruh yang teraniaya, anak-anak terancam putus sekolah, kelaparan tidak berarti apa-apa, kenapa harus diistimewakan ? Bukankah itu cara pikir binatang ?

Tetapi, pemandangan lain yang menjadi pendidikan politik bagi kawan-kawan buruh GSBM PT SAI adalah ketika kehadiran kawan-kawan Serikat Pekerja Carrefour Indonesia (SPCI) cabang Ratu Plaza dalam aksi tersebut untuk bersolidaritas. Kawan-kawan SPCI cabang Ratu Plaza sendiri memiliki permasalahan yang runyam. Mereka terpaksa dirumahkan karena tokonya terancam tutup setelah manajemen tidak mampu mengelola gedung sehingga meracuni buruhnya. Kehadiran kawan Arif Islam dan deretan pengurus Serikat Pekerja Angkasa Pura (SPAP) yang baru saja selesai melakukan aksi ke Mabes Polri untuk melaporkan pemberangusan serikat pekerja dan PHK terhadap ketua SPAP I yang melakukan mogok juga membangkitkan semangat kawan-kawan buruh dari GSBM PT SAI. Begitu juga dengan kehadiran kawan-kawan ABM dan juga dari LBH Jakarta.

“Persatuan kaum tertindas, adalah syarat mutlak bagi kemenangan kaum buruh!”, demikian Aben pengacara publik LBH Jakarta saat berorasi. Dan pandangan Aben sepenuhnya benar, karena buruh, tani, nelayan, miskin kota dan semua yang hari ini teraniaya, miskin dan sengsara karena sistem yang tidak memberikan ruang bagi mereka untuk hidup selayaknya adalah kaum tertindas. Dengan kekuatan persatuan dari kaum tertindas ini tentu akan mampu menjungkalkan tirani kekuasaan dan tentu saja menggantikannya dengan kekuasaan kelas buruh yang lebih memanusiakan manusia.

“Hari ini kita sama, buruh dimanapun mengalami nasib yang sama. Berhadapan dengan modal yang angkuh dan penindasan yang dilakukan secara terstruktur”, demikian orasi perwakilan dari SPCI. Maka, atas kondisi itu, dalam pandangan Arif Islam, ketua SPAP I yang terPHK tidak ada jalan lain kecuali bersatu dan merapatkan kekuatan untuk bersama mengadakan perlawanan demi perubahan. “Kami, dari gerakan Mahasiswa berkeyakinan bahwa kepemimpinan kelas buruh adalah syarat mutlak atas kemenangan perjuangan ke depan“, demikian orasi Rizky Hadi, mahasiswa UNJ, anggota Jaringan Gerakan Mahasiswa dan anggota PRP Jakarta menambahkan keyakinan bagi kawan-kawan buruh.

Semua sudah meyakini, bahwa kebutuhan kita sebenarnya sama. Kebutuhan akan adanya persatuan yang tidak terkotak-kotak. Persatuan yang didasarkan pada sebuah cita-cita perjuangan untuk membebaskan massa rakyat pekerja menuju sebuah dunia baru tanpa penindasan adalah sebuah kebutuhan mutlak. Dan kunci dari semua itu adalah persatuan sejati massa buruh, tani, nelayan, kaum miskin kota, mahasiswa dan semua elemen gerakan rakyat pekerja secara luas. Ingat : persatuan sejati massa, bukan persatuan “pura-pura” yang dipraktekkan oleh para elitnya.

(Terima kasih atas pesan solidaritas yang disampaikan oleh kawan2 ABM, SPAP, SPCI, PRP Karawang, PRP Jakarta, persatuan itu adalah bangunan besar yang hari ini sedang kita siapkan pondasinya)

Ditulis Oleh Khamid Istakhori*
Thursday, 15 May 2008

*Penulis adalah Sekretaris Jenderal Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) dan anggota PRP Komite Kota Karawang

This entry was posted at 11.18 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar

Daftar Posting F-SP.LEM Kab.Tangerang